Kelas : 2ka32
Npm : 13111022
Perilaku Konsumen dalam Membeli Pasta Gigi
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
I.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman saat ini menuntut konsumen bersikap
pintar, cermat, efisien dan efektif dalam memilih produk yang diinginkan.
Dengan adanya sikap itu, maka konsumen tidak akan kecewa dengan apa yang telah
mereka beli (action). Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapi dengan
berbagai kebutuhan yang tiada henti, karena memang pada dasarnya manusia tidak
lepas dari kebutuhan dan tidak akan terpuaskan dari kebutuhan mereka. Kebutuhan
konsumen tersebutlah yang membuka peluang bisnis bagi mereka yang menemakan
sebagai produsen. Produsen akan melihat peluang yang besar dengan adanya
kebutuhan konsumen yang tidak ada hentinya. Mulai dari produk yang bersifat
kecil kebutuhannya sampai yang bersifat besar.
Dengan meningkatnya permintaan konsumen dari berbagai produk, maka produsen berusaha akan memenuhi kebutuhan yang konsumen inginkan. Dengan itu, produsen menciptakan berbagai produk yang bervariatif serta barbagai pilihan produk itu sendiri. Bahkan produsen akan menciptakan produk yang sebelumnya belum pernah dibutuhkan oleh konsumen. Inovasi-inovasi inilah yang menjadi dilema bagi konsumen, apakah mereka akan mengambil keputusan berdasarkan keinginan atau kebutuhan. Maka, konsumen akan melihat faktor-faktor apakah yang cocok bagi mereka, sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat dan bermanfaat bagi kehidupannya.
Dengan meningkatnya permintaan konsumen dari berbagai produk, maka produsen berusaha akan memenuhi kebutuhan yang konsumen inginkan. Dengan itu, produsen menciptakan berbagai produk yang bervariatif serta barbagai pilihan produk itu sendiri. Bahkan produsen akan menciptakan produk yang sebelumnya belum pernah dibutuhkan oleh konsumen. Inovasi-inovasi inilah yang menjadi dilema bagi konsumen, apakah mereka akan mengambil keputusan berdasarkan keinginan atau kebutuhan. Maka, konsumen akan melihat faktor-faktor apakah yang cocok bagi mereka, sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat dan bermanfaat bagi kehidupannya.
PEMBAHASAN
Konsumen ibaratnya
raja. Konsumen memilih, menentukan, membeli dan menggunakan barang. Sedangkan
produsen adalah pelayan yang menyediakan berbagai macam kebutuhan untuk
melengkapi kebutuhan konsumen.Seorang konsumen akan membeli barang.Apakah
barang tersebut merupakan kebutuhan atau hanya kehendak sementara.Konsumen
memiliki banyak pertimbangan terhadap suatu produk.Setidaknya terdapat beberapa
keputusan yang menjadi landasan bagi konsumen untuk menilai atau membeli
suatu produk yang ditawarkan.kali
Pasta
Gigi merupakan produk consumer goods yang berdasarkan kebiasaan pembelian konsumennya dapat digolongkan
menjadi convenience goods, yaitu produk yang dibeli dan dipakai
secara teratur (staples).Berdasarkan durability–nya, pasta
gigi merupakan produk nondurable yaitu produk yang digunakan sekali
pakai. Strategi pemasaran yang paling cocok untuk kategori produk ini adalah
dengan menjaga ketersediaan produk di banyak lokasi (outlet), menetapkan margin
keuntungan yang kecil agar harga penjualan tidak terlalu tinggi dan gencar
beriklan untuk mendorong preferensi merek dan niat menggunakan atau mencobanya
(Kotler, 2000).
Pepsodent
merupakan merek pasta gigi dari berbagai produk yang dihasilkan oleh PT.
Unilever Tbk, dengan konsep positioning sebagai pasta gigi
keluarga Indonesia. Pasta gigi ini mempunyai beragam varian sesuai dengan
karakter penggunaan yang berorientasi kepada kepentingan konsumennya. Terdapat
beragam jenis pepsodent mulai dari tipe urlium kemasan biasa (aluminium foil,
dengan variasi ukuran tube), tipe tube kemasan
plastik, tipe rasa baking soda, tipe untuk kesehatan gigi dan gusi dan lainnya.
Kampanye iklan produk-produk Unilever termasuk pepsodent begitu gencar,
sehingga masuk rangking ke-20 dari 25 pengiklan terbesar se-ASEAN.Industri
pasta gigi di Indonesia dikuasai oleh beberapa merek besar yaitu pepsodent,
close up, formula, maxam, ciptadent, smile up, ritadent dan merek lainnya.(www.swa.co.id).Unilever
menempatkan dua produknya, pepsodent dan close up dalam industri ini. Pepsodent
masuk ke dalam segmen keluarga dan close up diperuntukkan bagi kalangan anak
muda.
Selama
5 tahun berturut-turut, Pepsodent mampu mempertahankan posisinya sebagai Top
Brand pada Top Brand Award. Dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah, index pasta
gigi Pepsodent memang yang paling besar diantara merek pasta gigi lainnya namun
index tersebut tidak stabil terutama bila melihat index Pepsodent tahun 2008
yang menurun 4,54% dari tahun 2007. Hal ini terkait dengan munculnya kabar pada
waktu itu yang menyatakan bahwa pasta gigi Pepsodent mengandung formalin. Namun
berkat tanggapan yang cepat serta upaya dari PT. Unilever, Tbk untuk memberikan
penjelasan yang jujur dan terbuka tanpa menutup-nutupi bahwa Pepsodent dan
produknya yang lain mengandung formaldehydetetapi masih jauh
dibawah ambang batas yang diperbolehkan membuat masalah ini tidak berkembang
menjadi bola salju.
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
1. Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi.[1] Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
1. Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi.[1] Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.